Cericit Cicem (sebuah kenangan)



 Cericit Cicem
Oleh: Moehji Ben Sjamsoeir

dan engkau melangkah
aku kira itu bait pertamaku
dan mereka melihat sepatumu
yang kotor dan berlumpur
tidak mengapa, katamu
dan ini pertanda
dan ini sejarah
dan memang; itu puisi

kau mengajakku
dan menyuruhku duduk manis
di kursi tunggu ruang;
pintu kantur (kantor) itu
dalam hatiku;
entah, berkasmu dicoret di atas nama
atau disilang melintang

pulang ...
tubuh gemuk kupeluk
                                                                                                                               angin laut selatan 
mengundang kantuk
Mari singgah di Jambo Hatta
ujarmu singkat
sebotol soda dan susu
selinting tembakau
dan kuku jempol
menyanggah geligihmu

dan lepas
pelan
asap itu
mengembara menafsir
; dan lepas
dan cemas
dan aku
dan menebak-nebak
segala kemungkinan
dalam ruang itu tadi

dan beberapa mereka mendengar
dan mereka bersuara;
“bahasa cicem”
Kataku padamu

Tak mengapa
Biar para penyair
yang menyarikan cericit kita
jika bahasa kita memang “cicem”
Katamu padaku

Aku ingin menjadi penyair
Tidak!
Jangan
Tanda tanya (?)
Jadilah huruf
Aku ingin menjadi kata
Tidak!
Jangan
Tanda tanya (?)
Jadilah huruf

Jadi penyair kau akan disorot
Jadi kata kau akan berdesakan
Jadi huruf
tanda tanya (?)
masuk; dalam rongga kitab
bersaf
dan menjadi kata-kata
menjelma menjadi bait
dan bercakap dalam puisi

Yogyakarta, 20 Juli 2017

Komentar