Aku Suka Bukan Cinta

Aku Suka Bukan Cinta
Oleh: Muhyi Atsarissalaf Bin Syamsuir

Kabut malam menyelimuti bebukitan
Di pagi ini mulai turun menjadi embun
Menetes lembut mengaliri sungai kelopak
Lembut beradu dengan bebatuan yang kasar

Setangkai mawar merah muda diujung malang
Di petik perlahan keindahannya lalu dicecerkan
Segala sesal larut sudah bersama seribu kesedihan
Segala harga dijual dengan tawaran murahan

Aku sempat melepaskan kagum
Riak sungai hati derasnya tak terbendung lagi
Harimau dan singa di dada mengaum begitu kerasnya
Sampailah suara di daun telingamu jua
Segala terka hilang semua kabarnya kau berpaling muka

Aku hanya tersenyum pada cermin
Mengulang kembali semua ucapan mesra
Yang sengaja kita kutip dari kumpulan roman klasik
Ternyata hanya menjadi setan pembisik agar aku semakin picik

Gemericik air bening menyapa tanah kumuh
Mungkin aku datang bertamu terlalu lusuh
Seluruh air peluh sebab memperjuangkan bangunan yang hampir runtuh
Menjadi aliran sungai dangkal yang beriak keluh

Ketika itu memang mulut ku
Membacakan syair yang menjadi akhir
Dengan iringan nada gemuruh yang tak manja
Mungkin masih mengiang di telinga mu
“Aku suka bukan cinta”

Ternyata kau melihat lahir ucapannya saja
Masih jauh di dalam sana
Gelap, terang atau remang-remang aku tak bercerita
Maksud ku, silahkan masuk bawa pelita
Terangilah segala lika-liku jalan

Jika ada batu diselimuti duri bersama pula kita singkirkan
Di penutup roman penulisnya begitu banyak berpesan
Sebab cinta sejatinya adalah tindakan
Dan hanya sedikit saja syair dan majas sanjungan

Yogyakarta, 3 Juni 2016

Komentar