Lamunan Majas


Lamunan Majas
Oleh: Muhyi Atsarissalaf Bin Syamsuir


Majas cawan yang baru diisi kemarin malam
Setelah sekian ratus malam ia kosong
Sangka ku wajah baru menuang dari corong
Ternyata mulutnya tertawan omongan kosong


Berteriak bagai sungai dangkal yang riak
Memaksakan kehendak padahal sudah ditolak
Setelah nampak tidak bertindak
Mulailah riak riuh aliran sungai panas bergejolak


Aku sedih melihat bebatuan kecil sungai cawan ini
Hanya diam dan lugu terbawa arus kelengahan
Arus limbah politik kecil mengencingi kepala mereka
Daun-daun talas yang hampir kering menjadi payung
Sedikit saja disentik gelegar gemuruh sudah rapuh


Esok malam, aku tunggu kau dan kau bercerita
Kita bedah semua dan seluruh bait cerita
Jika masih mungkin duduk bersama
Aku senyum menghormati, engkau lebih mengerti


Labuhan Haji, 20 Juni 2016

Komentar