Lawe
Sawah Dalam Kenangan
Oleh
: Muhyi Atsarissalaf Bin Syamsuir
Dahulu
pintu angin di kaki gunung itu
Menjadi gerbang bagi pendatang agar lembut bertutur
Ketika memasuki desa tercampaklah segala ria
Si belang kuning hitam garang menjadi penunggu
Isyarat melangkah berhati-hati reusamlah harus di ikuti
Menjadi gerbang bagi pendatang agar lembut bertutur
Ketika memasuki desa tercampaklah segala ria
Si belang kuning hitam garang menjadi penunggu
Isyarat melangkah berhati-hati reusamlah harus di ikuti
Aliran
lika-liku sungai menjadi pemanja mata
Isyarat tetamu disambut dengan segala jamuan
Pesona alam mesti dijaga hingga akhir masa
Menjulang tinggi gunung sikorong
Menantang jiwa muda memberi salam ke semesta raya
Isyarat tetamu disambut dengan segala jamuan
Pesona alam mesti dijaga hingga akhir masa
Menjulang tinggi gunung sikorong
Menantang jiwa muda memberi salam ke semesta raya
Hari
ini Lawe Sawah hanya indah dalam kenangan
Pemain opera lawas hanya termangu menunggu
Para pemian dendang kehilangan dendangnya
Suling kehilangan kemerduan suaranya
Adat hukum hampir terberai jika boleh ku menyebutnya
Pemain opera lawas hanya termangu menunggu
Para pemian dendang kehilangan dendangnya
Suling kehilangan kemerduan suaranya
Adat hukum hampir terberai jika boleh ku menyebutnya
Lawe
Sawah, 9 Juli 2016
Sumber Gambar : www.flickr.com
Komentar
Posting Komentar