Mencium Aroma Langkah


Mencium Aroma Langkah
Oleh: Muhyi Atsarissalaf Bin Syamsuir

Beberapa purnama yang lalu
Aku mengira hanya aku yang menjadi tamu
Di tanah yang seharunya aku menjamu
Ternyata tidak, aku harus mendengar cerita
Dari tuan rumah yang dijadikan tamu yang tak dijamu

Di tanah garapannya ia harus mencium langkahnya
Seribu aroma bijak diinjak lumpuh bau satu kesalahan
Ia terbuang dalam kerumunan ramainya lamunan
Tawa yang khas berubah menjadi senyum kecemasan

Perlombaan di rumah tetangga ia masih menjadi penilainya
Di rumah sendiri ia menjadi penonton
Di bangku cemas serambi belakang
Sambil menciumi aroma langkah, ia hanya bersikap pasrah

Lawe Sawah, 7 Juli 2016

Komentar