Mencium Aroma Langkah
Oleh:
Muhyi Atsarissalaf Bin Syamsuir
Beberapa
purnama yang lalu
Aku mengira hanya aku yang menjadi tamu
Di tanah yang seharunya aku menjamu
Ternyata tidak, aku harus mendengar cerita
Dari tuan rumah yang dijadikan tamu yang tak dijamu
Aku mengira hanya aku yang menjadi tamu
Di tanah yang seharunya aku menjamu
Ternyata tidak, aku harus mendengar cerita
Dari tuan rumah yang dijadikan tamu yang tak dijamu
Di
tanah garapannya ia harus mencium langkahnya
Seribu aroma bijak diinjak lumpuh bau satu kesalahan
Ia terbuang dalam kerumunan ramainya lamunan
Tawa yang khas berubah menjadi senyum kecemasan
Ia terbuang dalam kerumunan ramainya lamunan
Tawa yang khas berubah menjadi senyum kecemasan
Perlombaan
di rumah tetangga ia masih menjadi penilainya
Di rumah sendiri ia menjadi penonton
Di bangku cemas serambi belakang
Sambil menciumi aroma langkah, ia hanya bersikap pasrah
Di rumah sendiri ia menjadi penonton
Di bangku cemas serambi belakang
Sambil menciumi aroma langkah, ia hanya bersikap pasrah
Lawe
Sawah, 7 Juli 2016
Sumber Gambar: hindriyastuti.blogspot.co.id
Komentar
Posting Komentar