Jendela; Kucuri dari Sapardi




Jendela; Kucuri dari Sapardi
Oleh: Moehji Ben Sjamsoeir

Nun, untuk gadis “mim” aku katakan begini adanya; aku mengaguminya.
Semalam aku barus saja mencari bait yang menjadi novel itu; Hujan Bulan Juni anak ruhaninya Sapardi Djoko Damono, tapi aku tidak mendapatkannya. Entah kenapa, toko buku langgananku itu selalu tidak memiliki stok untuk buku itu. Ah, mungkin penjaga atau mereka tau; aku bakal menggomu gadis itu dengan jabaran larik puisi itu.

Tidak mengapa, kekak aku akan mencarinya lagi. Dan barangkali kita bisa membanya berdua; setelah atau sebelum akad, barangkali itu masih menjadi pilihan, dan perlu kuberitahukan padamu, bahwa ibuku lebih suka jika hal itu terjadi setelah akad. Oh, dalam cerita ini aku mengejar sesuatu yang barangkali engkau menunggunya.

Walau Hujan Bulan Juni tidak ada, bukan berarti tidak ada buku yang dibawa pulang. Aku membawa pulang tiga anak Sapardi yang lainnya. Aku sebutkan salah satunya; Ada Berita Apa Hari ini, Den Sastro?.
Singkat saja, aku menemui jendela di dalam lembaran-lembaran puisi yang membingungkan itu. Tapi tidak mengapa, aku akan menjabar sedikit saja barangkali. “Dengan puisi kah?” tanyamu. “Jika mereka menyetujui itu adalah puisi” jawabku singkat.

***
Nun, aku melihat dan bercerita tentang jendela
Aku mengenalnya dari bait Sapardi Djoko Damono

Jendela; seperti aku yang masuk
Tanpa mengetuk
Ada dua pilihan;
Kau menyembunyikan kehadiranku
Atau kau menyeretku dan
Khalayak menghakimi tubuhku
Jendela; aku tidak mengetuk.
Tiba-tiba saja membuatmu kaget
Silakan berteriak
Maka tubuh yang mengagumi tubuhmu inipun
Akan menjadi puing di persimpangan
Atau menulis surat dari bilik jeruji

Jendela; seperti aku melihat, siapa aku untuk dirimu
Dan siapa pula dirimu untuk tubuhku

Jendela; seperti keharidanku
Yang tak sempat engkau sangka
Setelahnya, terserah padamu;
Usir atau biarkan.

Tapi, aku memilih jendela
Agar aku tetap terkenang
Dalam kepalamu;
Walau hanya sebagai seorang bangsat
Yang sekarang dalam krengkeng
Jendela; seperti aku
yang masuk tanpa mengetuk
Membereskan prabotan
atau mengobrak abrik riasan rumahmu
Kala kau menerima
apakah kau juga sanggup mendengar
Derasanya gunjingan dari luar?
Atau aku terusir dan terbuang
melalui jendela yang sama
[…]
***
Nun, sekiranya gadis “mim” itu mengerti yang kumaksud. Dan aku sebagai siapa untuknya; dari kejauahan aku mengagumi yang entah apanya itu. Mungkin saja ia membukakan pintu; dan kehadiranku bukan sebagai terhakimi nantinya.

Yogykarta, 5 Juli 2017
Sumber Gambar:  w-dog.net

Komentar