NUN
Oleh: Moehji
Ben Sjamsoeir
(Nun) boleh
kapan kau menjadi cahaya bagiku; menjadi api dalam dingin susumku; dalam ejaku.
Dalam aku dan di luar aku. Kujepit namamu dengan huruf tersembunyi: nun ujarku lagi. Dalam latin kau dua;
dalam aksra kanan kau satu bermahkota.
Mim; ningku—kubaca dalam nada seorang tua dalam Kluat—diberi tanda;
lintang pancung di bawah perutnya. Lanjut; pada nafas jamiahmu kau dapati; hati makna huruf itu; faa; ningku—kubaca dalam nada seorang tua dalam Kluat—tersemat
kerudung di atas titikmu. Mif; ningku.
***
(Nun) boleh
kapan kujepit jari gulamu; sebelum jinjit badan dalam gaulmu. Kala diberi merah
ujung kukumu; jam mekar mawar di telapakmu. Kali pertama kau beri merah warna
bibirmu; merah samar warna di atas tulang pipimu. Celak di tutup matamu; tak niatku,
jika kehedak membuka; kau lihat celaka dalam rumahmu.
Taa; ningku—kubaca dalam nada seorang tua dalam Kluat—diberi ia lintang
pancung di atas matanya. Senyumku berada pada suku kedua dari namamu itu.
Lanjut; pada aroma abab jamiahmu ada
itu; jantung hati rakyat jadi denyutnya. Haa;
ningku—kubaca dalam nada seorang tua Kluat—kubunuh mati ujung awal; sambung
tulang sendi namamu. Tah; ningku.
***
Hidup awal
ujung; sambung namamu. Dari bulan yang mengirimi alif dan lam untuk
menjemput awal huruf dari; [surga] itu. alif
sendiri ia dalam persuntingan lam.
Alif; ningku. Ada dalam keadaan tak terbaca. Diizinkan-Nya kah aku mengeja
huruf setelah kubuka; baca suku-suku; huruf yang membentuk [kunci] itu?.
[h]ul; ningku—kubaca dalam nada seorang Kluat—mengeja sambung yang lalu
***
Jim; ningku—kubaca dalam nada seorang Kluat—. Bersembunyi huruf bintang
sabit itu dalam suku ke empat saku namamu. Diberi ia lintang pancung di atas
mulut menganganya. Nun kubaca lagi.
Pada titik ini; salah satu maksud (Nun)ku itu berada; di bawah gambar yang
kuselipi kata.
[nun belum
juga berakhir]
Yogyakarta,
6 Agustus 2017
Sumber gambar: www.naghashi-khat.com
Komentar
Posting Komentar