Setelah
melihat thermometer pengukur suhu yang biasa dijepit diketiak itu, aku sedikit
mencemaskan dirimu. Kamu apa kabar? Soalnya, semalam aku memimpikanmu sedang
menari, serupa balerina dengan diiringi musik paling rumit. Aku bisa melukiskan
wajah dan senyummu yang getir.
Apa yang
sedang kamu sampaikan?
Kamu terus
saja menari dengan gerakan rumit yang sempurna. Sambil berputar-putar melawan
arah jarum jam, tangan terentang, serupa darwis. Lalu kamu meraih tanganku,
mengajakku turut dalam tarian itu. Kita serupa sedang berdansa di atas lantai
dengan musik yang tipis dan pelan. Aku bisa melihat bola matamu yang menyimpan
dua ikan koi.
Musik
perlahan-lahan menebal, menuju lengkingnya yang paling merasuk. Aku dituntun
gerakmu menuju sebuah ruangan serupa kamar dengan satu jendala, dan cahaya
matahari pagi perlahan masuk, merasuk, menusuk. Aku bisa melihat debu-debu yang
terbang, seperti yang biasa kulihat pada lampu sorot dalam sebuah teater tua.
Matamu
terbuka, wajah kita hanya berjarak sejengkal, aku bisa melihat matamu yang
sempurna menatap lekat mataku.
Di kamar
itu, tarian yang kukira berasal dari perunungan lama dan pengamatan-pengamatan
balerina purba semakin menuju puncak, hampir pada decak sempurna. Sebuah pola
gerakan yang tidak pandai aku menjelaskannya.
Perlahan
gengaman kita semakin erat. Wajah kita setengah jengkal. Tatapan yang lekat dan
hitam yang pekat. Musik semakin kencang, kamu menuntunku menari di karang,
jurang, kencang. Musik berakhir dan kita dalam keheningan. Tidak ada suara
apa-apa, aku bisa mendengar suara hentakan terakhir yang ganjil menutup semua
persembahan.
Aku semakin
bingung, mengapa kita sama-sama sesak terisak. Seperti sedang melepaskan haru
dan menuntaskan tugas; menampilkan peragaan paling akhir, penutup sebuah proses
pencarian dan perenungan yang lelah.
Lalu kamu pergi
dan aku masih di ruangan itu dengan bekas ingatan akan mimpi semalam. Juga debu
dan matahari semakin meninggi.Seperti sebuah tarian terakhir. Semoga saja
tidak. Maka aku beranikan lagi bertanya; kamu apa kabar?
Yi Lawe
Lawe Sawah,
29 Maret 2020.
Komentar
Posting Komentar